Tadi beli bakso, sebelah rumah. Karena memang belum mandi, jadi masih pakai baju tidur kurang bahan, belah - belah. Ada yang nanya si Kakak wanita berambut merah.
"Anak UIN ya, Mbak?"
"Iya, kenapa? Tahu darimana?"
"Wallpaper Handphone Mbak itu nyala, Hehe. Ngga apa - apa, kok ngga pakai hijab?"
"Lagi ngga aja." Tidak aku toleh wajah si penanya, sibuk pilih - pilih sayur apa yang enak jadi teman bakso kuah.
"Anak UIN kok ngga pake hijab." Nah, kalimat terakhir si Kakak berambut merah ini cukup meletup - letupkan isi kepala si baju tidur belah - belah. Bakso sudah siap, tinggal bawa pulang, Mbak Bakso senang terima uang dengan sumringah.
Aku lihat si Kakak ini dari atas ke bawah, aku tanggapi omongannya.
"Hijab itu bukan kewajiban saya sebagai anak UIN, tapi sebgai muslim. Sepertinya kamu belajar didik dadamu dulu yang tumpah - tumpah kalau belum bisa negur orang lain pakai cara yang Rahmah."
Aku ambil mangkuk panas bakso, melenggang meninggalkan si kakak berambut merah.